Final Fantasy 10 Momen Menyentuh
10 Alasan Final Fantasy Adalah JRPG Terbaik (Square Enix)

10 Alasan Mengapa Final Fantasy 10 Tidak Boleh Dilewatkan oleh Pecinta RPG

Final Fantasy X

Sahabat Gamekdr.com, apakah Anda termasuk gamer yang sempat mencicipi Final Fantasy 10 ketika pertama kali dilepas untuk Playstation 2? Anda mungkin masih ingat betapa rasa cinta pada franchise ini tidak terpengaruh oleh keterbatasan bahasa Jepang di awal rilis. Jika memang demikian, selamat! Anda telah mengalami perjalanan yang mengagumkan selama 20 tahun terakhir. Pada tanggal 19 Juli 2001, Square Enix merilis Final Fantasy X untuk pertama kalinya di Playstation 2 di Jepang. Meskipun pada saat itu di Indonesia peredaran bajakan juga cukup marak, para pecinta JRPG dengan mudah bisa memainkan game ini.

Sebagai gamer yang mencintai Final Fantasy, kami mengakui bahwa Final Fantasy X adalah seri yang membutuhkan “waktu” untuk dicintai. Dalam waktu yang sangat lama, kami tidak pernah menganggapnya sebagai salah satu seri Final Fantasy terbaik atau memprioritaskannya sebagai seri yang kami rekomendasikan kepada siapa pun yang ingin memasuki dunia Final Fantasy. Namun seiring bertambahnya usia dan kemampuan bahasa Inggris yang semakin baik, serta semakin banyaknya seri Final Fantasy yang tersedia, apresiasi kami terhadapnya pun meningkat. Sebenarnya, tidak sulit melihat bahwa Final Fantasy X memiliki kualitas istimewa yang menjadikannya salah satu seri Final Fantasy terbaik yang pernah ada.

Saat ini, Square Enix sedang merayakan ulang tahun ke-20 Final Fantasy X. Tidak ada momen yang lebih tepat untuk mengembangkan sedikit rasa nostalgia untuk game ini, terutama karena sekarang telah tersedia dalam format HD Remaster untuk platform gaming modern. Apa saja yang membuat game ini begitu istimewa? Berikut adalah 10 Alasan Mengapa Final Fantasy 10 Tidak Boleh Dilewatkan oleh Pecinta RPG menurut Gamekdr.com:

Tantangan yang Seru

Final Fantasy 10 Batle System
Final Fantasy 10 Batle System (Square Enix)

Kami sadar bahwa banyak orang mungkin tidak begitu menyukai tantangan yang sulit dalam permainan video, tetapi tidak dapat disangkal bahwa tantangan-tantangan tersebut membuat Final Fantasy X menjadi game yang tak terlupakan dan legendaris. Terutama ketika Anda berusaha mendapatkan senjata-senjata terkuat atau mengalahkan monster-monster terkuat, Anda akan dihadapkan pada beberapa tantangan yang bisa membuat Anda sangat frustrasi. Siapa yang tidak ingat usaha keras untuk menyelesaikan tantangan balap Chocobo dengan catatan waktu 0.0? Atau bagaimana Anda harus menghindari 200 petir di Thunder Plains tanpa ada hitungan yang terlihat, sambil berkonsentrasi penuh agar tidak gagal melakukan aksi menghindar sama sekali? Mungkin kita semua membenci tantangan-tantangan ini, tetapi sulit untuk melupakannya begitu saja.

Blitzball

Menghadirkan sebuah olahraga di dalam sebuah permainan video, yang juga memberikan kesempatan untuk mendapatkan senjata dan serangan yang lebih kuat? Banyak dari kita mungkin tidak menyukai Blitzball ketika pertama kali mencoba Final Fantasy X, termasuk kami. Namun, setelah mencobanya dalam format HD Remaster dan benar-benar memahami mekanismenya, olahraga lempar bola di dalam stadion berair ini ternyata lebih seru daripada yang kita bayangkan. Meskipun Anda harus mengandalkan Tidus untuk mencetak gol sebanyak mungkin, melihat tim Anda dan Wakka, yang sebelumnya diremehkan, menjadi juara memberikan kepuasan yang luar biasa. Jika Anda tidak menyukai Blitzball sebelumnya, kami sarankan memberinya kesempatan lagi ketika Anda memainkan Final Fantasy X di masa depan.

Voice Acting

Dalam era sekarang dengan kapasitas blu-ray, tidak menyertakan voice acting di dalam sebuah game akan memberikan kesan aneh dan kurang teliti dari pihak pengembang. Namun, pada masa lalu, terutama pada era PlayStation 1, sedikit sekali game JRPG yang memiliki fitur ini karena keterbatasan ruang data yang ditawarkan oleh CD. Hanya beberapa game yang menghadirkan voice acting yang memorable, seperti suara serangan dalam Tales of Destiny atau dialog dalam Thousand Arms. Baru pada era PlayStation 2, Final Fantasy X muncul dengan voice acting yang lengkap dari awal hingga akhir permainan. Meskipun saat ini mungkin tidak terasa istimewa, pada masanya keputusan ini memberikan kesempatan besar bagi kepribadian setiap karakter untuk lebih baik direpresentasikan. Kami tidak bisa membayangkan bagaimana permainan Final Fantasy X kami sendiri jika, misalnya, suara “bijak” diberikan kepada Wakka atau suara yang lembut bagi Yuna.

Sistem Baru yang Berfungsi dengan Baik

Dengan menawarkan sesuatu yang baru namun tidak meninggalkan aspek tradisional yang terlalu jauh, Final Fantasy X masih menyajikan konsep JRPG turn-based dengan sistem ATB sebagai dasar. Namun, ia juga menyajikan banyak hal baru dan strategis di dalamnya. Tidak hanya dengan sistem giliran yang memungkinkan Anda untuk mempersiapkan diri, tetapi juga dengan sistem pergantian karakter yang dapat dioptimalkan untuk menghadapi musuh-musuh tertentu dengan lebih efektif. Keputusan untuk menjadikan summon sebagai pertahanan sementara bagi tim dan bukan hanya sebagai animasi serangan memberikan transisi yang menarik dari sistem Final Fantasy IX ke X. Di mata kami, perubahan sistem ini mempesona.

Anima

Final Fantasy 10 Anima yang keren
Final Fantasy 10 Anima yang keren (Square Enix)

Salah satu prestasi fantastis yang berhasil diraih oleh Square Enix dengan Final Fantasy X adalah keseimbangan yang luar biasa antara elemen baru dan elemen lama yang harus diakui. Bagi para penggemar seri Final Fantasy sebelumnya, melihat Ifrit dan Shiva hadir kembali dengan animasi yang mulus dan kekuatan PlayStation 2 tetap menjadi momen yang selalu mengesankan. Kemudian, mereka bertemu dengan Yojimbo, summon yang mirip dengan Gilgamesh namun mengusung sistem serangan “gacha” yang mematikan. Secara perlahan, Anda kemudian terjerat dalam berbagai summon baru yang dapat diperoleh baik melalui cerita utama maupun sampingan. Siapa yang tidak merasa kagum dan takut saat pertama kali bertemu dengan Anima? Kita berbicara tentang summon raksasa yang terikat dengan rantai kuat dan mampu menghancurkan musuhnya hanya dengan sinar laser dari matanya. Membayangkan apa yang bisa terjadi jika Anima memiliki kekuatan penuh dan hidup tanpa rantai selalu menjadi sumber rasa ingin tahu yang besar.

Sphere Grid System

Puji dan apresiasi juga harus diberikan pada berbagai fitur baru yang diperkenalkan oleh Final Fantasy X, termasuk sistem perkembangan karakter yang disajikan dalam bentuk Sphere Grid. Pada dasarnya, optimalisasi setiap grid terasa seperti kemajuan berbasis pekerjaan yang “mengunci” setiap karakter dalam spesialisasi mereka masing-masing, misalnya Auron selalu memiliki serangan fisik yang lebih kuat dan Rikku memiliki akselerasi ATB yang lebih baik. Namun, seiring dengan kemampuan untuk menjelajahi lebih banyak grid, Anda akan mulai memahami bahwa sistem ini tidak hanya sebatas penguatan, tetapi juga memperluas potensi yang bisa dicapai oleh karakter. Kombinasi buff dan keterampilan ini kemudian membuka peluang yang lebih besar untuk mencapai hasil yang luar biasa.

Soundtrack Final Fantasy 10 Terbaik

Seri Final Fantasy selalu berhasil memberikan pengalaman audio yang luar biasa dengan menyajikan soundtrack yang fantastis. Hal yang sama dapat diharapkan dari Final Fantasy X, yang juga melakukan eksperimen lebih jauh. Setiap kali Anda mendengar “Hymn of the Fayth,” Anda akan merasakan nuansa religius yang kuat ketika memasuki kuil setiap Summon atau ketika Yuna, dengan kesedihan yang mendalam, menari untuk mengantar arwah ke dunia berikutnya. Namun, Anda juga akan menemukan musik metal seperti “Otherworld,” yang sangat cocok untuk melengkapi pertarungan Anda melawan salah satu boss terkuat dalam Final Fantasy X. Namun, yang paling unik bagi kami adalah keputusan untuk tidak menyertakan lagu berbahasa Inggris seperti “Eyes on Me” dalam FF VIII dan “Melodies of Life” dalam FF IX. Keputusan ini hanya menampilkan lagu “Suteki da Ne” dalam bahasa Jepang saja, yang anehnya memperkaya suasana yang lembut, romantis, dan penuh emosi dalam seri ini.

Kritik pada Sistem Agama

Final Fantasy 10 System Faith
Final Fantasy 10 System Faith (Square Enix)

Setelah memainkan kembali Final Fantasy X ketika kami semakin menua dan pemahaman bahasa Inggris kami meningkat, kami menyadari satu hal. Di luar kisah cinta antara Tidus dan Yuna yang sering menjadi fokus, Final Fantasy X sebenarnya mengangkat tema yang cukup berat untuk dijelajahi. Kami berbicara tentang permainan yang memiliki musuh utama bernama “SIN,” yang dipercaya hanya bisa dikalahkan melalui sebuah perjalanan spiritual yang melintasi dunia, dan kemudian diungkapkan bahwa eksistensi “SIN” sendiri adalah konsekuensi dari keberadaan sumber keyakinan yang diyakini dapat memusnahkannya. Semakin kami membuka pikiran kami tentang sistem keyakinan, semakin banyak cerita yang dapat diungkapkan oleh Final Fantasy X.

Romansa yang menarik

Romansa bukanlah hal baru dalam dunia Final Fantasy dan cerita yang mengikuti karakter utama. Sebagai contoh, dalam dua seri sebelum Final Fantasy X, kita mengenal romansa antara Squall dan Rinoa dalam FF VIII, serta Zidane dan Garnet dalam Final Fantasy IX. Lalu, apa yang membuat Final Fantasy X berbeda dan mengejutkan pada saat dirilis? Perbedaannya terletak pada cara penyajian yang lebih eksplisit. Square Enix tidak hanya membatasi romansa tersebut pada dialog semata, tetapi mereka juga menampilkannya secara lebih jelas. Adegan ciuman antara Tidus dan Yuna dalam FMV menjadi momen yang mengejutkan dan efektif pada waktu itu, sekaligus menjadi bukti bahwa Square memahami bahwa banyak penggemar mereka berada dalam usia yang serupa. Yang lebih menarik lagi, ciuman tersebut menjadi puncak yang tepat setelah melihat bagaimana Yuna dan Tidus saling mendekat melalui gerakan dan gestur kecil sebelumnya. Romansa dalam Final Fantasy X berkembang pada saat yang tepat.

Momen yang menyentuh

Dari semua seri Final Fantasy yang kami mainkan, Final Fantasy X dapat dikatakan sebagai seri yang paling efektif dalam menggugah emosi kami. Tidak dapat disangkal, inilah seri Final Fantasy di mana kami paling sering menitikkan air mata. Ada perasaan bangga yang penuh haru ketika para Ronso ingin membangun patung untuk menghormati Yuna, dengan tanduk panjang yang menjadi simbol kebanggaan ras mereka. Ada perasaan sedih dan terharu ketika melihat Tidus akhirnya berani memeluk dan menenangkan Yuna yang bingung, yang berakhir dengan adegan ciuman yang tak terlupakan. Ada tetes air mata yang mengalir saat Yuna meninggalkan pesan terakhirnya untuk teman-teman seperjalanan yang lain, yang penuh dengan suara lembut dan penuh empati. Pada akhirnya, air mata mengalir deras ketika Yuna mengungkapkan isi hatinya di akhir cerita. Fakta bahwa momen-momen emosional ini dapat terjadi adalah bukti bahwa Square Enix berhasil menciptakan narasi yang memikat dengan kecepatan dan keakuratan yang luar biasa.

Akhir Kata

Pada ulang tahunnya yang ke-20, Final Fantasy X tetap menjadi salah satu game JRPG legendaris yang tak perlu diragukan kualitasnya. Seiring berjalannya waktu, seiring dengan menuanya game ini, kami yang juga terus dewasa dan menua mengembangkan rasa apresiasi yang semakin baik terhadapnya. Final Fantasy X tidak hanya layak disebut sebagai salah satu seri JRPG legendaris, tetapi juga dianggap sebagai seri Final Fantasy terbaik yang ada saat ini. Tanpa ragu, kami akan merekomendasikan game ini setiap kali ada gamer baru yang bertanya, “Seri Final Fantasy mana yang harus saya mainkan terlebih dahulu?”.